Dewa India Gajah

Town in Uttar Pradesh, India

Dewa Sharif or Dewa is a town and a nagar panchayat in Barabanki district in the state of Uttar Pradesh, India. It is famous for the shrine of Haji Waris Ali Shah. This town is also known by the name of Dewa Sharif in respect for the shrine. It is about 26 km north-east of the state capital Lucknow.

The state government formally recognises Dewa Sharif as a town with a linguistic minority population, where speakers of Urdu constitute 15 per cent or more of the local population. It was placed as one among the prominent sites in Heritage Arc of U.P.[3]

Dewa is located at 27°02′N 81°10′E / 27.03°N 81.17°E / 27.03; 81.17.[4] It has an average elevation of 137 metres (449 feet).

As of 2011 Indian Census, Dewa had a total population of 15,662, of which 8,231 were males and 7,431 were females. Population within the age group of 0 to 6 years was 2,347. The total number of literates in Dewa was 7,967, which constituted 50.9% of the population with male literacy of 54.4% and female literacy of 47.0%. The effective literacy rate of 7+ population of Dewa was 59.8%, of which male literacy rate was 63.9% and female literacy rate was 55.4%. The Scheduled Castes and Scheduled Tribes population was 746 and 18 respectively. Dewa had 2485 households in 2011.[1]

As of the 2001 Census of India, Dewa had a population of 12,819. Males constitute 53% of the population and females 47%. Dewa had an average literacy rate of 45%, lower than the national average of 59.5%: male literacy was 51% and female literacy 38%. In Dewa, 17% of the population was under 6 years of age.[5]

Block Panchayat Dewa Sharif has 67 Village Panchayats.[6]

Dewa Sharif is well connected to Lucknow, Fatehpur, Barabanki, Suratganj, Kursi, Masauli and Cinhat via road.

Dewa Sharif is notable for the shrine of Haji Waris Ali, a Sufi saint.[citation needed]

The GeoNames geographical database covers all countries and contains over eleven million placenames that are available for download free of charge.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,

Dibalik sosok Dewi Saraswati, umat Hindu juga mengenal dan memuja sosok Dewa Pengetahuan dan Kecerdasan yang dikenal sebagai Dewa Ganesha. Selain dikenal sebagai Dewa Pengetahuan dan Kecerdasan, Dewa Ganesha juga dikenal sebagai, Dewa Pelindung , Dewa Penolak Bala /bencana dan lebih umum dikenal sebagai “Dewa saat memulai pekerjaan” dan “Dewa segala rintangan” (Wignesa, Wigneswara) seta Dewa Kebijaksanaan. Dalam tradisi pewayangan, salah seorang Putra Dewa Siwa ini memiliki nama lain yakni Bhatara Gana.

Arca Ganesa dari Karangkates

Bentuknya unik, dalam posisi berdisi

(Sbr foto : Djulianto Susanto: Arkeolog Mandiri)

Nama Ganesa dalam bahasa Sanskerta, terdiri dari kata  gana yangberarti kelompok, orang banyak, atau sistem pengelompokan, dan isha yang berarti penguasa atau pemimpin. Kata gana ketika dihubungkan dengan Ganesa sering kali merujuk kepada para gana, pasukan makhluk setengah dewa yang menjadi pengikut Siwa.  Ganapati adalah nama lain Ganesa, yaitu kata majemuk yang terdiri dari kata gana, yang berarti “kelompok”, dan pati, berarti “pengatur” atau “pemimpin”.Kitab Amarakosha, yaitu kamus bahasa Sanskerta, memiliki daftar delapan nama lain Ganesa, yaitu  Winayaka, Wignaraja (sama dengan Wignesa), Dwaimatura (yang memiliki dua ibu), Ganadipa (sama dengan Ganapati dan Ganesa), Ekadanta (yang memiliki satu gading), Heramba, Lambodara (yang memiliki perut bak periuk, atau, secara harfiah, yang perutnya bergelayutan), dan Gajanana (yang bermuka gajah).

Dalam kitab Siwapurana dikisahkan, suatu ketika Parwati (istri Dewa Siwa) ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, ia menciptakan seorang anak laki-laki. Ia berpesan agar anak tersebut tidak mengizinkan siapapun masuk ke rumahnya selagi Dewi Parwati mandi dan hanya boleh melaksanakan perintah Dewi Parwati saja. Perintah itu dilaksanakan sang anak dengan baik.

Alkisah ketika Dewa Siwa hendak masuk ke rumahnya, ia tidak dapat masuk karena dihadang oleh anak kecil yang menjaga rumahnya. Bocah tersebut melarangnya karena ia ingin melaksanakan perintah Parwati dengan baik. Siwa menjelaskan bahwa ia suami Parwati dan rumah yang dijaga si bocah adalah rumahnya juga. Namun sang bocah tidak mau mendengarkan perintah Siwa, sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun. Akhirnya Siwa kehabisan kesabarannya dan bertarung dengan anaknya sendiri. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Siwa menggunakan Trisula nya dan memenggal kepala si bocah. Ketika Parwati selesai mandi, ia mendapati putranya sudah tak bernyawa. Ia marah kepada suaminya dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali. Siwa sadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya.

Atas saran Brahma, Siwa mengutus abdinya, yaitu para gana, untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara. Ketika turun ke dunia, gana mendapati seekor gajah sedang menghadap utara. Kepala gajah itu pun dipenggal untuk mengganti kepala Ganesa. Akhirnya Ganesa dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa dan sejak itu diberi gelar Dewa Keselamatan.

Pada peninggalan benda-benda purbakala, terutama kerajaan Hindu, patung Ganesha berbagai ukuran banyak ditemukan. Ganesha memiliki perut yang besar karena terlalu pintar sehingga otaknya tidak mampu menampung dan lari ke perutnya. Selain itu, dia sangat suka sekali makan, terutama masakan ibunya, Parwati.

Penggambaran Arca Ganesa

Dalam relief, patung dan lukisan, ia sering digambarkan berkepala gajah,dengan perut buncit. Patungnya memiliki empat lengan, yang merupakan penggambaran utama tentang Ganesa. Dia membawa patahan gadingnya dengan tangan kanan bawah dan membawa kudapan manis, yang ia comot dengan belalainya, pada tangan kiri bawah. Motif Ganesa yang belalainya melengkung tajam ke kiri untuk mencicipi manisan pada tangan kiri bawahnya adalah ciri-ciri yang utama dari zaman dulu.

Dibalik bentuk fisik  Ganesa dengan tubuh yang gemuk dan kepala gajah,   ada beberapa filosofi yang bisa kita petik dari bentuk Dewa Ganesha, yaitu: