tim terburuk yang pernah main di Liga Inggris
Tim terburuk yang pernah menginjakkan kaki di Liga Inggris adalah Derby County pada musim 2007/08. Sepanjang musim tersebut, the rams hanya mampu mengumpulkan 11 poin saja. Torehan tersebut menjadi yang terburuk sejak liga ini digelar dan masih bertahan hingga saat ini.
Mereka hanya mampu meraih satu kemenangan dan 8 hasil imbang sepanjang musim. Satu-satunya kemenangan yang diraih oleh tim ini mereka dapat pada laga menghadapi Newcastle United. Selain itu mereka juga mencatatkan rekor 32 laga tanpa kemenangan yang menjadi rekor terburuk sepanjang sejarah Liga Inggris.
Sebelum Derby County mencatatkan rekor memalukan mereka, hal yang kurang lebih serupa dilakukan oleh Sunderland pada musim 2005/06. The black cats hanya mampu mengumpulkan 15 poin sepanjang musim sekaligus menjadi yang terburuk sepanjang keikutsertaan mereka di kompetisi tersebut.
Pergantian pelatih dari Mick McCarthy ke Kevin Ball pada Februari 2006 tidak membawa perubahan yang berarti. Secara keseluruhan, mereka menang 3 kali dan meraih 6 hasil imbang. Sisanya tim ini harus tumbang saat menghadapi lawan-lawannya.
Rekor buruk yang dicatatkan oleh Sheffield United ini tentunya masih membekas di ingatan. Soalnya the blades baru saja melewati musim yang buruk pada 2023/24 alias satu musim yang lalu. Perjalanan Sheffield United di Liga Inggris 2023/24 berakhir memalukan usai hanya mengumpulkan 16 poin dari 38 pertandingan.
The blades hanya mampu mengumpulkan 3 kemenangan dan 7 kekalahan sepanjang musim. Selain itu tim ini juga mencatatkan rekor kebobolan terbanyak, usai kebobolan 104 kali dan memiliki selisih gol sebanyak -69 gol. Mereka juga sempat dibantai oleh beberapa tim, misalnya saat kalah 0-6 dari Arsenal dan 0-8 dari Newcastle United.
Perjalanan Huddersfield Town di Liga Inggris memang tidak berlangsung lama. The terriers promosi pada musim 2017/18 namun langsung promosi pada musim setelahnya di 2018/19. Ketika degradasi ke EFL Championship, Huddersfield Town juga mencatatkan rekor yang buruk.
Aaron Mooy dan kawan-kawan hanya mampu mengumpulkan 16 poin dari 38 pertandingan. Pergantian pelatih dari David Wagner ke Jan Siewart tidak mampu mengangkat performa the terriers dan tim ini menyamai rekor Derby County sebagai tim yang terdegradasi tercepat dari kompetisi ini.
Musim 2015/16 menjadi salah satu periode yang ingin dilupakan oleh penggemar the villans. Soalnya mereka terdegradasi ke EFL Championship dan kehilangan status sebagai tim yang tidak pernah terdegradasi dari Liga Inggris.
Beberapa pergantian pelatih yang dilakukan oleh manajemen tim ini juga tidak berhasil mengangkat performa Aston Villa. Meskipun diperkuat oleh Jack Grealish yang saat itu berstatus sebagai pemain muda, Aston Villa terdegradasi usai menempati posisi buncit dengan torehan 17 poin.
Jangan lupa buat terus mengunjungi KINCIR untuk mendapatkan informasi terbaru seputar olahraga, rekomendasi game dan esports ya!
Fans Chelsea di dunia maya merasa malu dan marah melihat statistik tersebut. Apalagi mengingat bagaimana klub sudah mengeluarkan dana luar biasa besar.
"Semua orang berbicara tentang tim Chelsea yang bertabur bintang berharga miliaran pound. Berarti tiap satu poin yang dihasilkan berharga 25 juta pound," tulis seorang suporter Chelsea.
"Kita adalah tim terburuk di Premier League, luar biasa, dari juara Liga Champions, sekarang seperti ini. Sungguh memalukan," sambung fans Chelsea lainnya.
Liga 1 merupakan kompetisi sepak bola resmi yang ada di Indonesia. Liga 1 sendiri baru dimulai pada tahun 2017. Saat itu Liga 1 menjadi kompetisi baru pasca lepasnya Indonesia dari hukuman FIFA di tahun 2016.
Sebelum Liga 1, pada 2016 lalu, sepak bola Indonesia memiliki kompetisi yang diberi nama Indonesian Soccer Championship (ISC), sebelum akhirnya pada 2017 Liga 1 muncul.
Liga 1 menjadi kompetisi yang unik di Indonesia karena catatan-catatan apik yang diraih tim dan pemain. Bahkan, rekor gol satu pemain di kompetisi resmi di Indonesia berhasil terpecahkan pada Liga 1 2017, setelah bertahan selama 23 tahun lamanya.
Saat itu pemain Bali United, Sylvano Comvalius mencetak 37 gol dari 34 laga yang dimainkan. Sebelumnya rekor gol terbanyak di satu musim liga dipegang oleh Peri Sandria dengan 34 gol pada musim 1994/1995.
Belum lagi rekor pelatih yang juara tiga musim berturut-turut di dua tim berbeda. Rekor tersebut dipegang oleh Stefano Cugurra, pelatih Bali United yang juga membawa Persija Jakarta juara pada musim 2018 lalu.
Bali United juga menjadi tim pertama yang berhasil juara dua tahun secara berturut-turut selama Liga 1 digelar. Tim berjulukan Serdadu Tridatu itu sukses menjuarai Liga 1 di musim 2019 dan 2021/2022.
Selain catatan apik, nyatanya ada juga catatan yang kurang baik yang diraih oleh tim yang bermain di Liga 1. Catatan kurang baik tersebut adalah soal minimnya poin yang didapat selama satu musim bermain.
Hingga saat ini, setidaknya ada tiga tim yang finish terburuk selama gelaran Liga 1 dan gagal menyentuh 30 poin dalam satu musim.
BERIKUT 3 TIM YANG FINISH TERBURUK SELAMA LIGA 1 BERLANGSUNG:
Di urutan pertama ada Gresik United yang finish terburuk selama Liga 1 berlangsung. Saat itu Gresik United bermain di Liga 1 2017.
Dari 34 pertandingan yang dijalani, Gresik United hanya mengoleksi 10 poin saja. Poin tersebut didapat usai mereka memenangkan dua pertandingan saja, serta empat kali imbang dan 28 kali kalah.
Pada saat itu, Gresik United diperkuat oleh tiga pemain asing, Yusuke Kato (Jepang), Saša Zečević (Slovenia) dan Patrick da Silva (Brasil). Selain itu mereka juga punya nama-nama beken yang saat ini banyak dikenal seperti, Agus Indra, Satria Tama, Herwin Tri Saputra, Kushedya Hari Yudho, serta Fitrul Dwi Rustapa.
Namun para pemain tersebut gagal mengangkat Gresik United sampai akhirnya harus terdegradasi pada musim tersebut.
Catatan Gresik United di musim tersebut masih bertahan hingga saat ini. Belum ada tim yang mendapatkan poin lebih rendah dari Gresik United. Maka tak salah jika mereka berada di peringkat pertama sampai saat ini.
2. Persiraja Banda Aceh
Pada musim 2020, Persiraja Banda Aceh membuat para pecinta sepak bola di Indonesia terkagum-kagum. Tim yang pada saat itu baru promosi ke kasta tertinggi tersebut tidak terkalahkan di tiga laga pertama.
Lebih luar biasa lagi, Persiraja Banda Aceh tidak kebobolan sama sekali di tiga laga awal. Sayang, catatan tersebut menjadi tak berarti usai kompetisi dihentikan akibat COVID-19.
Kompetisi sendiri baru dilanjutkan di tahun berikutnya, tepatnya pada bulan Agustus 2021 atau hampir setahun sejak kompetisi dihentikan.
Persiraja Banda Aceh yang banyak diisi oleh pemain sejak di Liga 2, nyatanya harus ‘dikuliti’ oleh beberapa tim saat akan berlaga di Liga 1 2021/2022.
Eksodus pemain terjadi di Persiraja Banda Aceh sehingga kekuatan mereka harus menurun sampai akhirnya terdegradasi di musim itu. Di musim tersebut Persiraja Banda Aceh hanya mengoleksi 13 poin saja.
Jumlah poin Persiraja Banda Aceh didapat usai anak asuh dari Hendri Susilo itu hanya menang dua pertandingan, tujuh kali imbang serta 25 kali kalah.
Di posisi ketiga sudah pasti akan ditempati oleh tim milik Raffi Ahmad, Rans Nusantara. Kepastian tersebut didapat setelah Rans Nusantara hanya mengoleksi 18 poin dari 31 pertandingan di Liga 1 2022/2023.
Sebetulnya untuk kompetisi Liga 1 2022/2023 sendiri belum usai, namun dengan poin yang ada, Rans Nusantara hanya akan mengoleksi poin maksimal, 27 poin dari 34 laga yang dijalani. Bahkan bisa saja kurang dari itu jika mereka gagal memenangkan satu pertandingan saja di sisa pertandingannya.
Dari 31 pertandingan yang dijalani, Rans Nusantara hanya memenangkan tiga pertandingan saja serta sembilan kali imbang dan 19 kali kalah.
Dengan komposisi pemain yang ada, sebetulnya sedikit membingungkan mengapa Rans Nusantara berada di posisi tersebut. Seper diketahui, mereka mempunyai pemain seperti Makan Konate yang pernah juara ISL bersama Persib Bandung, Wawan Hendrawan yang pernah juara Liga 1 bersama Bali United secara dua musim berturut-turut, Edo Febriansyah yang merupakan pemain timnas Indonesia dan masih banyak lagi.
Poin mereka masih jauh dari Kalteng Putra yang bisa saja menempati peringkat ketiga jika bisa melampaui catatan dari tim berjulukan Laskar Isen Mulang itu.
Pada musim 2019, Kalteng Putra hanya mengoleksi 31 poin saja dari 34 laga yang dijalani. Dengan begitu maka tidak salah jika akhirnya Rans Nusantara yang menempati peringkat ketiga karena mereka hanya akan mengumpulkan 27 poin, itu pun jika sukses menang di semua laga sisa di Liga 1 2022/2023.
Suara.com - Prestasi dan sejarah menjadi dua aspek yang menjadi parameter menentukan tim nasional (timnas) terbaik. Sementara itu, parameter berbeda digunakan untuk melihat timnas terburuk.
Timnas terburuk bisa dilihat dari sepak terjang mereka pada pertandingan-pertandingan yang dijalani juga statistik. Tentu akan berbeda dengan timnas yang punya penampilan lebih baik atau sudah dikenal sebagai tim kuat.
Prestasi menjadi tolok ukur paling menonjol jika membandingkan timnas terburuk dan timnas terbaik. Namun, parameter lain yang tak kalah penting adalah jumlah kekalahan dan kemasukan yang dialami oleh daftar tiga timnas terburuk berikut ini.
Baca Juga: 5 Top Bola Sepekan: 10 Pesepak Bola Termahal ASEAN Saat Ini, Nomor 6 dari Indonesia
Untuk timnas terburuk yang pertama hadir dari negara di Amerika Utara (CONCACAF), Anguila. Tercatat dari 80 pertandingan yang timnas Anguilla jalani, mereka hanya meraih 8 kali kemenangan atau 9,2%.
Sisa hasil lainnya timnas Anguilla menelan 67 kekalahan dan 5 kali imbang. Kekalahan terbesar Timnas Anguilla terjadi pada 10 November 2019 saat dikalahkan Trinidad dan Tobago 15-0.
Pada pertandingan terakhir mereka di Kualifikasi Piala Dunia melawan Panama, Anguilla menelan kekalahan 0-13. Saat ini Anguila berada di peringkat ke-210 FIFA atau paling terakhir.
Berada di benua yang dikenal memiliki banyak tim nasional yang kuat, San Marino menjadi timnas terburuk kedua di daftar ini. Tercatat dari 178 pertandingan resmi yang dilakoni San Marino, mereka hanya meraih sekali kemenangan atau dengan persentase 0,56% saja.
Baca Juga: Cristiano Ronaldo Beli Rumah Baru saat Tiba di Manchester, Intip Kemewahannya
Dari sekian ratus pertandingan itu, San Marino cuma berhasil mencetak 25 gol dan kemasukan 748 gol. Kini mereka menghuni peringkat ke-209 FIFA atau satu setrip di atas Anguila.
Di daftar terakhir timnas terburuk adalah negara di Oceania, Samoa Amerika. Dari 51 pertandingan resmi yang mereka jalani, Samoa Amerika cuma meraih 4 kemenangan dan sisanya menelan 45 kekalahan serta 2 kali imbang.
Ada catatan buruk dari negara yang menghuni peringkat ke-192 FIFA itu. Pada April 2001, Samoa Amerika dihajar Australia dengan skor 31-0.
Kontributor: Aditia Rizki Nugraha
TRIBUNJATIMTIMUR.COM - Chelsea bak menjadi bukti nyata bahwa sumber dana melimpah bukan jaminan akan membuat tim menjadi tangguh.
Pasalnya, Chelsea kini menjadi tim terburuk di Liga Inggris di tahun 2023 ini.
The Blues tampak belum sepenuhnya bangkit meski musim hingga pelatih turut berganti.
Terbaru, tim asal London barat itu mengalami kekalahan atas Wolverhampton dengan skor 2-1 pada Minggu (25/12/2023) malam.
Baca juga: Liga Arab Saudi 2023 Al Ittihad Vs Al Nassr: Prediksi, Head to Head dan Link Live Stream Vision+
Hasil yang menjadikan klub asuhan Mauricio Pochettino itu menjadi tim terburuk 2023.
Gol dari Mario Lemina dan Matt Doherty membuat Wolves unggul 2-0 sebelum kemudian Christopher Nkunku membuat gol pelipur lara di penghujung laga sehingga menjadikan skor 2-1.
Kekalahan di malam Natal itu menandai beragam rekor buruk yang didapatkan Chelsea.
Itu adalah kekalahan ke-19 yang dialami Chelsea sepanjang tahun 2023 ini.
Melansir Tribunnews.com dari Squawka, tidak ada tim di Liga Inggris di tahun 2023 ini yang menelan kekalahan lebih banyak selain Chelsea.
Delapan dari 19 kekalahan itu apesnya terjadi pada musim ini di bawah kendali Pochettino.
Menariknya, kekalahan yang diderita Chelsea musim ini justru hadir saat melawan bukan tim raksasa.
Mulai dari Nottingham Forest, West Ham, Brentford, Everton dan teranyar melawan Wolves.
Lebih parah lagi, Chelsea mendapatkan catatan super buruk itu dengan bermodal uang yang cukup fantastis.
Gelontoran uang 1 miliar Poundsterling (Rp 19 triliun) telah dikeluarkan manajeman Chelsea untuk meraih predikat tim yang sering kalah.
Meski mendapat penanganan dari eks Timnas Inggris nan sarat pengalaman bernama Graham Taylor, Watford tak bisa berbuat banyak di Premier League 1999/2000. Mereka mengawali musim dengan begitu menjanjikan karena mampu mengalahkan dua tim unggulan, yakni Liverpool dan Chelsea.
Sayang sekali, kemenangan tersebut tak mampu mendongkrak performa. Mereka hanya mengemas enam kemenangan lagi, sementara 26 pertandingan lainnya mengalami kekalahan.
Walhasil, di akhir musim, Watford degradasi dengan total poin terendah dalam sejarah Liga Premier, yakni 24 poin.
8. Watford musim 1999/00Pada musim 1999/00, Watford mendapat predikat tim terburuk. Itu setelah mereka kalah 26 kali dalam satu musim.Ketika itu, Watford hanya mengemas 24 poin pada akhir musim. Konsekuensinya, tim berjuluk The Hornets pun terdegradasi ke Divisi Championship.Beruntung, pada musim ini, Watford mengubah status mereka dari tim semenjana menjadi tim papan tengah. Berkat suntikan dana dari pengusaha Italia, Gino Pozzo, Watford bercokol di peringkat 13 klasemen sementara.7. Swindown Town musim 1993/94Musim 1993/94 menjadi satu-satunya kesempatan Swindown Town tampil di Liga Inggris hingga saat ini. Sayangnya, kesempatan itu tak dipergunakan dengan baik.Kepergian pemain yang merangkap manajer, Glenn Hoddle ke Chelsea menjadi awal keterpurukan itu. Maklum, Hoddle adalah figur kunci keberhasilan Swindown promosi ke Liga Inggris.Sepanjang musim, Swindown hanya mengemas lima kemenangan dan meraup total 30 poin. Catatan kebobolan mereka sungguh luar biasa yakni 100 gol!
Bola.net - Persaingan di kompetisi Premier League bisa dibilang sangat ketat. Karena itu, tidak mengherankan kalau ada tim besar yang mengalami kekalahan beruntun.
Tak percaya? Coba lihat Chelsea deh. Musim ini, The Blues empot-empotan. Tim asuhan Graham Potter belum juga beranjak dari posisi ke-10 klasemen sementara Liga Inggris 2022/2023.
Tim besar lainnya, Liverpool, juga tak kalah miris. The Reds belum juga mampu menembus empat besar. Meski sudah berusaha maksimal, posisi mereka masih jauh dari harapan fans di seluruh dunia.
Chelsea dan Liverpool kalah mengilap dari tim medioker macam Fulham dan Newcastle United. Fulham bertengger di area 10 besar, sedangkan Newcastle di posisi ketiga.
Jika bisa tampil konsisten, bukan tak mungkin The Magpies menorehkan sejarah di pentas paling bergengsi di Negara Raja Charles III. Brand Premier League meluncur sejak 1992 dan sejumlah klub mengalami nasib yang buruk dibandingkan kontestan lainnya.
Ada lima tim selama 18 tahun terakhir yang begitu buruk sehingga sulit untuk memahami bagaimana mereka bisa sampai ke Liga Inggris. Inilah yang paling buruk.
Sebagai salah satu kompetisi yang paling kompetitif di dunia, Liga Inggris menjadi tempat pertarungan tim sepak bola terbaik di ranah Inggris. Namun sayangnya, ada beberapa tim yang bertanding di kompetisi tersebut tanpa persiapan yang matang.
Mulai dari persoalan keuangan pelik hingga materi pemain yang tidak bisa bersaing, terdapat beberapa tim yang dicap sebagai “tim terburuk” yang pernah berlaga di Liga Inggris jika dilihat dari jumlah poin yang mereka kumpulkan dalam semusim. Mau tahu beberapa tim terburuk dengan jumlah poin terendah di Liga Inggris? Yuk, simak artikel KINCIR berikut ini!